Strategi Adaptasi Perubahan Iklim Melalui Pemanfaatan Air Hujan Untuk Penyediaan Air Bersih Di Kota Tarakan-Kalimantan Utara
Abstract
Perubahan iklim diyakini sangat berdampak terhadap ketahanan air di perkotaan. Dampak tersebut diantaranya ditunjukkan adanya perubahan pola curah hujan dan anomali iklim, selanjutnya dampak tersebut berpengaruh terhadap ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas, serta meningkatnya daya rusak air. Kota Tarakan memiliki luas 655,77 km2 merupakan pulau kecil yang rentan terhadap perubahan iklim. Kerentanan perubahan iklim tersebut mencakup terbatasnya penyediaan air bersih, kejadian banjir dan longsor dan meningkatnya kenaikan muka air laut. Dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 3.898,2 mm maka tebal curah hujan yang diperoleh dalam 1 hari sebesar 145 lt. Dalam 1 tahun dengan jumlah rumah tangga 52.602, volume air yang dapat ditampung mencapai 2.782.600 m3 atau bernilai sekitar Rp. 3.338.400.000 sampai Rp. 19.478.200.000. Untuk mengembalikan pembelian dan pemasangan drum/tanki bagi 52.602 rumah tangga diperlukan investasi senilai Rp. 84.163.200.000,- atau diperlukan kembali modal antara 4,32 sampai 25 tahun. Pemanfaatan air hujan sangat cocok untuk dipilih karena tidak memerlukan teknologi yang tinggi, masyarakat sudah sangat familiar dan curah hujan di Tarakan sangat tinggi. Pemanfaatan air hujan diyakini akan meningkatkan ketahanan air melalui meningkatnya ketersediaan air bersih dan berkurangnya air limpasan (yang selanjutnya mengurangi kejadian dan intensitas banjir), serta penghematan terhadap pengeluaran biaya pemanfaatan air oleh masyarakat. Pemanfatan air hujan harus dimasyarakatkan dan dapat ditempuh melalui penetapan kebijakan pemanenan air hujan, sosialisasi, pendampingan, pembentukan komunitas, dan pemberian insentif serta kajian teknologi pemanfaatan air hujan yang ekonomis dan teknologi yang sederhana.