Analisis Penalaran Analogis Siswa Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Gender
Abstract
Belum mampunya peserta didik memahami struktur soal, menjelaskan keserupaan atau keterkaitan konsep dan hanya siswa sebagian yang mampu memecahkan masalah dalam geometri sehingga tahapan penalaran analogis siswa belum tercapai maksimal. Tujuan penelitian yaitu menganalisis penalaran analogis siswa dalam memecahkan masalah pada topik geometri berdasarkan gender. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasilnya menunjukkan bahwa penalaran siswa gender perempuan cendrung feminim seperti terlihat tergesa-gesa dan tidak percaya diri dalam menjawab soal yang terjadi pada tahap mapping sehingga siswa tidak mendeskripsikan kesamaan atau analogi yang terkandung, sedangkan pada siswa gender laki-laki lebih maskulin dengan terpenuhinya tahapan penalaran analogis diantaranya encoding, inferring, mapping, dan applying dengan baik. Kesimpulannya bahwa penalaran analogis siswa yang bergender perempuang yang feminim tidak lebih baik dari siswa bergender laki-laki maskulin
References
[2] Lailiyah, “Penalaran analogi: tinjauan tipe dan komponennya,” Pros. Semin. Nas. Exch. Exp. Teach. Qual. Improv. Progr., vol. 1, no. 1, 2014.
[3] Mardhani, “Deskripsi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Materi Trigonometri di SMA Negeri 1 Bobotsari,” Univ. Muhammadiyah Purwokerto, 2013.
[4] N. M. An Nurma and E. B. Rahaju, “Penalaran Analogi Siswa SMA Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Logaritma Ditinjau Dari Kemampuan Matematika,” MATHEdunesa, vol. 10, no. 2, pp. 339–349, 2021.
[5] M. Ridhoi, I. M. Sulandra, Sukoryanto, and T. Nusantara, “Analisis Kemampuan Penalaran Analogis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika,” J. Pendidik. Mat. dan Sains, vol. 8, no. 1, pp. 21–25, 2020.
[6] F. Rahmawati, Nurul Aini Adiningsih, Lia Listiati, Silfiana Sulistyani, Novia Anjani, and Bagas Setya Basuki, “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Kemaritiman dengan Prosedur Newman Ditinjau dari Gender,” Saintara J. Ilm. Ilmu-Ilmu Marit., vol. 5, no. 2, pp. 1–7, 2021.
[7] B. A. Keller, E. W. Hart, and W. G. Martin, “ Illuminating NCTM’s Principles and Standards for School Mathematics ,” Sch. Sci. Math., vol. 101, no. 6, pp. 292–304, 2001.
[8] Sholihah, “Analisis subjek penelitian kualitatif,” Mosharafa J. Pendidik. Mat., vol. 6, no. 2, pp. 287–298, 2017.
[9] Siswono, “Proses Berpikir Analogi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika,” UNEJ, pp. 1–23, 2016.
[10] M. A. Antonietti, A., & Gioletta, “Individual differences in analogical problem solving. Personality and Individual Differences,” vol. 18, no. 5, pp. 611–619, 1995.
[11] N. Nazariah, M. Marwan, and Z. Abidin, “Intuisi Siswa SMK dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender,” J. Didakt. Mat., vol. 4, no. 1, pp. 35–52, 2017.
[12] R. Ratnaningsih, D. A. Nugraha, and S. R. Muslim, “Analisis Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Peserta Didik Berdasarkan Gender Perempuan,” J. Kongruen, vol. 1, no. 1, pp. 43–47, 2022.
[13] T. Y. E. Siswono, Paradigma penelitian pendidikan. In Nita (Ed.), Pengembangan Teori dan Aplikasi Pendidikan Matematika (1st ed., pp. 201–230). PT. Remaja Rosdakarya, 2019.
[14] L. D. English, Mathematical and analogical reasoning of young learners. Lawrence Erlbaum Associates, 2004.
[15] D. Gentner, “The mechanisms of analogical learning. In I. S. Vosniadou & A. Ortony (Eds.), Similarity and Analogical Reasoning (pp. 199–241),” 1989.